Kabel sepaksi

Kabel sepaksi/sesumbu (
bahasa Inggris:
coaxial cable) adalah sarana penyalur atau pengalirhantar (
transmitter) yang bertugas menyalurkan setiap
informasi yang telah diubah menjadi
sinyal–
sinyal listrik. Kabel ini memiliki kemampuan yang besar dalam menyalurkan bidang
frekuensi yang lebar, sehingga sanggup mengalirhantar (
transmit) kelompok
kanal frekuensi percakapan atau program
televisi. Kabel sepaksi biasanya digunakan untuk saluran antar-setempat (
interlocal) yang berjarak cukup dekat yakni, dengan jarak selebihnya 2.000 km.
Kabel koaksial berkembang pada tahun
1920 sebagai kelanjutan dari penemuan bentuk saluran dengan jumlah dua kawat yang sudah digunakan pada periode jauh sebelumnya. Kemudian pada tahun
1941, jaringan kabel koaksial buatan
laboratorium Bell jenis
L1 digunakan untuk menghubungkan antar wilayah perkotaan di daerah
Amerika bagian Timur. Lalu ketika
televisi menjadi suatu teknologi yang populer, kabel koaksial ternyata terbukti dapat juga digunakan sebagai penyalur isi informasi siaran. Tahun - tahun berikutnya laboratorium Bell terus melakukan pengembangan peralatan
multipeks dan
repeater ( penunjang ) untuk
transmisi yang lebih efisien. Tahun
1953, sistem
L1 kemudian dioperasikan dengan kemampuan yang lebih besar daripada
L1, yakni dalam angka 1860
kanal. Pada akhir tahun
1960-an, kabel koaksial mampu berpartisipasi dalam sistem
mikrowave dimana keberadaan kabel koaksial dapat menekan adanya biaya konstruksi dan pemeliharaan.
Konstruksi

Konduktor kabel harus terbuat dari bahan
tembaga padat berbentuk
silindris tanpa cacat berkonduktivitas tinggi. Untuk diameter dari kabel tidak diperbolehkan melebihi 0,02 mm dan 1,53 mm. Sedangkan untuk tahanan dari
konduktor yang letaknya di dalam ( inner conductor) adalah 1/58 per 1 meter.
Isolasi kabel terbuat dari bahan
polietilena homogen dan melingkari pada
konduktor utama. Untuk diameter nominalnya yakni 0,97 mm dan juga tidak diperbolehkan melebihi 0,05 mm.
Konduktor terbuat dari pita tembaga yang memiliki tebal 0,25 mm dengan maksimum toleransi 0,2 mm pada posisi memanjang dan sedikit tumpang tindih. Untuk tahanannya adalah sebesar 1/52 per meter. Pada bagian atas pita tembaga ini dibalut secara
helikod dengan dua lapis pita baja yang memiliki tebal 0,15 mm yang digunakan sebagai pelindung
elektromagnetik.
Penggantung di sini terdiri dari tujuh bual lilit kawat baja dengan ukuran 2 mm dan dengan daya kuat tarik sebesar 3,010 kgf.
Pembungkus luar kabel terbuat dari
polietilena yang dicampur dengan
karbon hitam sebanyak 2%. Untuk tebal rata – rata pembungkus tidak diperbolehkan melebihi dari 2 mm dan juga tidak boleh kurang dari 1,6 mm. Sementara untuk tebal dari bagian antara penggantung dengan kabel adalah 3,4 mm dan dengan tinggi 3 – 4,5 mm.
Sifat-sifat elektris
Pada dasarnya kabel koaksial memakai kawat tunggal yang menggelantung di tengah
konduktor yang berbentuk
silindris. Kawat tersebut berada pada tengah
tabung atau pipa yang kemudian di antara kabel – kabel tersebut disisipi semacam bahan
isolator piringan.
Kabel ini memiliki faktor redaman yang sangat kecil dengan pelindung yang sangat kebal akan kemungkinan
interfensi dan gangguan
radiasi elektomaknetik.
Walupun saluran – saluran koaksial yang memiliki
sekat pada sekelilingnya mempunyai kerugian
arus yang lebih kecil dibandingkan saluran
dielektris yang
pejal, akan tetapi pembuatannya ternyata lebih sulit karena adanya problem
mekanisme penyimpan
konduktor yang berbentuk bulat. Saluran koaksial yang disertai dengan penyekat dalam jarak yang mendekati keadaan ideal memiliki udara sebagai
dielektris atau sering disebut kabel ber
dielektris udara.
Di dalam
kabel pelindung pipa – pipa koaksial ini yakni
kawat –
kawat bercelah dengan suatu inti yang berbentuk
silindris terdapat pasangan
kawat –
kawat yang digunakan sebagai cadangan dalam perbaikan.
Kawat –
kawat tersebut semuanya berbentuk bulat dan tepat di sekitarnya terdapat lapisan penyekat yang tebal dan juga pelindung yang terbuat dari
timah hitam.
Kawat –
kawat bercelah ini dapat dipakai secara khusus sebagai penghubung antar
stasiun ( order wire )
repeater yang bertugas dan juga untuk memantau pula mengawasi stasiun yang tidak berawak ( unantended ). Apabila diperlukan untuk perbaikan ( service ), maka
kawat –
kawat service pair dapat digunakan sebagai
sirkuit atau fasilitas kabel
multipleks.
Penyambungan
Kabel koaksial seringkali membutuhkan adanya proses penyambungan agar proses penyaluran menjadi lebih baik.
Konduktor dalam kabel terbuat dari tembaga dengan diameter 5 mm serta dibungkus dengan
osilasi polietilena dengan diameter 10 mm disusul pada
konduktor luar yang berbentuk pita tembaga dengan tebal 2 mm. Kemudian dalam kabel koaksial udara biasanya terdapat kawat yang terbuat dari baja dengan kabel
konduktornya yang membentuk huruf S. Dalam penyambungan
kabel koaksial, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Kontinuitas konduktor utama kabel dalam kondisi yang terpelihara oleh keberadaan selongsong ( cincin berulir )
- Semua dielektrik polietilena terbentuk dengan adanya sistem injeksi ( mencetak )
- Konduktor luar pada kabel digantikan oleh sebuah jalinan tembaga
- Pembungkus bagian luar polietilena digantikan oleh lapisan yang mudah mengerut akibat kondisi yang panas
- Kontinuitas dari kabel penggantung tetap terpelihara oleh keberadaan konektor – konektor khusus
- Sambungan daripada kabel harus sedemikian rupa sehingga kabel tetap bersifat homogen seperti pada kondisi yang semula
- Redaman sedapat mungkin tetap pada angka nol atau sekecil – kecilnya
- Hasil dari pekerjaan sambungan kabel tersebut haruslah rapi
Keunggulan
Kabel jenis ini mempunyai kemampuan dalam menyalurkan sinyal – sinyal
listrik yang lebih besar dibandingkan saluran
transmisi dari kawat biasa. Selain itu kabel koaksial memiliki ketahanan arus yang semakin kecil pada
frekuensi yang lebih tinggi. Perambatan energi
elektromagnetiknya dibatasi dalam pipa dan juga sekat dari pengaruh
interfensi atau gangguan percakapan silang luar karena bentuknya yang sedemikan rupa. Pada perkembangannya, pemakaian
pesawat telepon yang semakin meningkat menyebabkan adanya keterbatasan penampungan
spektrum yang tersedia pada
mikrowave. Hal ini berdampak pada peningkatan penggunaan kabel koaksial sebagai penunjang jalur
mikrowave pada jarak yang pendek.
Kelemahan
Walaupun kabel koaksial pada dasarnya memiliki tingkat keandalan yang tinggi dalam proses
transmisi, dari sisi ekonomi, sistem penyaluran informasi menggunakan kabel ini memiliki kelemahan yakni dalam hal investasi dan biaya pemeliharaan yang mahal. Lebar bidang
frekuensi dalam kabel koaksial hanya terbatas oleh
gain ( pengerasan ) yang dikehendaki, yang diperlukan untuk mempertahankan mutu
sinyal yang baik. Dalam suatu jarak tertentu,
transmisi sinyal – sinyal
elektromagnetik harus diangkat dengan serangkaian
repeater yang terbuat dari tabung
elektron pada jalur tersebut agar penyampaian komunikasi terjalin lebih baik. Satu kelemahan yang juga melanda kabel koaksial yakni adanya pengaruh yang besar dari
variasi temperatur. Hal ini dapat berpengaruh pada mutu dan kualitas dari sistem koaksial tersebut. Masalah kemudian ini ditanggulangi dengan adanya penanaman kabel di dalam tanah dan juga mengandalkan bantuan
repeater yang bertugas sebagai penyeimbang tambahan terhadap perubahan
variasi temperatur yang terjadi dalam kabel.
Komentar
Posting Komentar